Kabur atau jelas?

Lihat sisi gelap, hanya tangisan dapat di luahkan.

Hanya keampunan mampu dipinta.

Dilambung ombak tinggi, 

Jelas aku yang mencipta ombak tersebut,

Lambungan demi lambungan,

Hingga lemas dibuatnya.

Menunggu tangan untuk menarik aku dari terus tertelan air,

Menunggu tangan untuk membantu,

Menunggu tangan untuk menekan dada ini,

Ketika ini

Aku mati.

Maaf itu..

Maaf itu...
Satu perbuatan yang tidak selalu sealiran dengan percakapan.

Maaf itu...
Tidak seindah kekabutan jiwa yang bergelumang dengan dosa dunia.

Maaf itu...
Terlalu berat pada manusia yang penuh dengan dendam.

Maaf itu...
Terlalu tajam untuk lidah mengungkapmya.

Maaf itu...
Tidak mampu memadam segala cerita yang berdarah.

Tetapi!

Maaf itu...
Menjadikan kita manusia yang berjiwa.

Maaf itu...
Kalau tidak mampu lewat mulut, ia mampu melewati sentuhan.

Maaf itu...
Umpama ucapan selamat tinggal buat dunia yang penuh pancaroba.

Maaf itu...
Pasti akan meringankan beban jiwa.

Maaf itu...
Adalah jalan terakhir untuk kita sedar bahawasanya kita sesat dalam dunia yang kejam.

Kalau semua ini semudah dengan memancarkan maaf dari jiwa yang berdarah, pasti dunia ini kekal aman dengan manusia tahu dimana titik toleransi.

Kalau semua ini semudah apa yang inginkan, pasti maaf itu tidak punya nilai pada akal manusia.

Kerana ia terlalu berat dan kerana ia terlalu berharga. Maka kita telan segala perih kehidupan. Kita tidak punya pilihan kata akal, kerna itu kita hidup dalam ketakutan, sangkaan mematah akal yang lurus. 

Tapi sampai bila!

Sampai bila!

Kita mahu hidup dalam ketakutan untuk mengucapkan maaf?

Popular Posts

Labels